BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berkenaan dengan obyek psikologi, maka yang paling
mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni
dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.Dengan demikian,
psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang
perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.Psikologi terbagi ke
dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji
perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu
dalam situasi khusus, diantaranya : Psikologi Perkembangan,Psikologi
Kepribadian,Psikologi Klinis, Psikologi Abnormal,
Psikologi Industri, Psikologi Pendidikan.
Psikologi Industri, Psikologi Pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Dari
Latar belekang masalah yang tertera di atas tentang sedikit penjelasan penulispun
mengkategorikan kedalam beberapa rumusan masalah, diantaranya:
1. Pengertian Lupa dalam Belajar
2. Pengertian Kejenuhan dalam Belajar
3. Taksonomi Prilaku Individu
4. Peranan dan Pengaruh Pendidikan Terhadap
Perubahan dan Perkembangan Prilaku seseorang.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Teori tentang lupa dan
jenuh
Dalam
proses belajar kita sering dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa tidak semua
item-item materi pelajaran yang kita pelajari akan dapat diproduksi / direcall
sewaktu item-item pelajar itu diperlukan. Dalam kehidupan sehari-hari sering
juga terjadi suatu materi yang kita pelajari dengan sungguh-sungguh dan penuh
ketekunan, sulit kita kuasai dan mudah terlupakan dalam jangka waktu yang
relatif pendek, dan sebaliknya terdapat materi pelajar yang kita dengan mudah
menguasainya dan tidak dengan mudah melupakannya.
B. Pengertian Lupa
1. Pengertian lupa
Menurut bahasa
adalah tidak sadar (tahu akan keadaan dirinya atau keadaan sekelilingnya. Sedangkan
lupa menurut istilah adalah gangguan
otak yang serius mempengaruhi fungsi kognitif (intelektual), dan/atau daya
ingat yang umumnya makin lama makin memburuk.
Secara
sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai
ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau
dialami Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan
pengetahuan dari akal kita.Dapatkah lupa dalam belajar siswa diukur secara
langsung ?Witting(1981) menyimpulkan berdasarkan penelitiannya, peristiwa lupa
yang dialami seseorang tak mungkin dapat diukur secara langsung.[1]
2. Faktor-faktor penyebab lupa
1.1
Lupa
dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi
yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interference theory (teori mengenal
gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu 1) proctive
interference 2) rectroactive interference(Reber 1988; Best, 1989; Anderson,
1990).
Proactive Interference
(gangguan proaktif) adalah Gangguan ini terjadi jika item-item atau materi
pelajaran yang lama telah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu
masuknya materi pelajaran baru..Dalam hal ini gangguan seperti ini terjadi jika
seorang siswa mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan
materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam waktu yang relatif pendek.dalam
keadaan demikian materi pelajaran yang baru sulit untuk diingat dan dengan
sangat mudah untuk dilupakan.
Retroactive
Interference adalah Gangguan ini terjadi jika
materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali
materi pelajaran yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal
permanennya siswa tersebut.
Dalam
hal ini materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali
(siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama itu).
1.2lupa
dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadpa item yang telah
ada, baik sengaja ataupun tidak.Penekanan ini terjadi karena beberapa
kemungkinan.
a. Karena item informasi (berupa
pengetahuan, tanggapan, pesan, dan sebagainya) yang diterima siswa kurang
menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekankannya hingga ke alam
ketidaksadaran.
b. Karena item informasi yang baru secara
otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena
retroaktif.
c. Karena item informasi yang akan
direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan
sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan.
1.3lupa dapat
terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar
dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990).
Jika
seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kuda nil lewat
gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menyebut
nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
1.4lupa
dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan
situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses
belajar-mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan
minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada
guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
1.5menurut
law of disuse (Hilgas & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi
pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa.
Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian dengan
sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk
dengan materi pelajaran baru.
1.6lupa
tentu saja dapat terjadi karena perubahan nurat syaraf otak. Seorang siswa yang
terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alcohol, dan geger
otak akan kehilangan ingatan atas item-item informasi yang ada dalam memori
permanennya.
Meskipun
penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan
para guru adalah faktor pertama yang meliputi ganngguan proaktif dan
retroakrif, karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen.Mengenai faktor
keenam, tentu saja semua orang maklum.
Kecuali
gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang menyimpulkan
bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang ia serap
rusak sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak
hilang dan tetap diproses oleh system memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah
untuk dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan
karena tenggang waktu (delay) anatara saat diserapnya item informasi dengan
saat proses pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa
tersebut.[2]
3. Kiat-kiat mengurangi lupa dalam belajar
Kiat
terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal
siswa, diantaranya :
3.1 Overlearning (belajar lebih) yaitu
belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu. Upaya
ini dapat dilakukan dengan belajar lebih dari pada kebiasaan-kebiasaan yang
berklaku sehingga dapat memperkuat penyimpanan terhadap materi pelajaran yang
dipelajari.
3.2 Extra study time (tambahan jam
pelajaran) yaitu upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan
frekuensi (kekrapan) aktifitas belajar. Sehingga dapat memperkuat terhadap
materi yang dipelajari.
3.3 Memonic device (muslihat memori)
yaitu upaya yang dijadikan alat pengait mental untuk mamasukkan item-item
informasi kedalam sistem akalsiswa.Mengelompokkan kata / istilah tertentu dalam
susunan yang logis.
3.4 Jembatan logika yaitu suatu siasat untuk
menyerap, mengolah dan menyiapan informasi penting berupa pokok dalam
penggalian informasi yang telah tersimpan dalam memori. Teknik ini berbentuk
skema atau bagan yang dibentuk sedemikian rupa berdasarkan pokok pikiran dari
suatu gagasan.
C. Jenuh dalam belajar
1. Pengertian jenuh dalam belajar
Secara
harfiah arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat
apapun selain itu jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam aktivitas
belajarnya, sering seseorang mengalami jenuh belajar yang dalam bahasa
psikologi lazim disebut learning plateau yaitu suatu situasi dan kondisi yang
menunjukkan tidak adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah
melaksanakan proses belajar pada waktu tertentu pada saat itu. Terjadi
kemandekan pada sistem akalnya sehingga tidak dapat diharapkan untuk dapat
menyerap item-item informasi yang dipelajarinya.[3]
2. Faktor-faktor jenuh dalam belajar
Faktor-faktor yang menyebabkan jenuh
belajar adalah :
2.A. Seseorang
yang kehilangan motivasi dan konsolidasi pada suatu level ilmu pengetahuan dan
keterampilan.
2.B. Muculnya
kebosanan (borring) dan keletihan (fatique) karena kemampuan seseorang telah
sampai pada batas maksimalnya dalam belajar. Menurut Cross dalam bukunya
Psichology of learning keletihan ada 3 macam :
Keletihan indera seperti mata, telinga dan lain-lain, keletihan fisik karena kurang tidur, kurang sehat, keletihan mental.
Keletihan indera seperti mata, telinga dan lain-lain, keletihan fisik karena kurang tidur, kurang sehat, keletihan mental.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
keletihan mental yaitu :
1. Kecemasan seseorang terhadap dampak
negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri.
2. Kekhawatiran seseorang akan ketidak
mampuannya mencapai standar keberhasilan bidang-bidang studi yang dianggapnya
terlalu tinggi terutama ketika seseorang tersebut sedang merasa bosan
mempelajari bidang-bidang studi tersebut.
3. Persaingan yang ketat yang menuntut
belajar keras.
4. Keyakinan yang tidak sama antara standar
akademik minimum dan standar yang ia buat sendiri.
3. Kiat-kiat menanggulangi jenuh belajar
Ada beberapa cara untuk menanggulangi
jenuh belajar yaitu:
3.1 Istirahat dan mengkonsumsi makanan yang
bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
3.2 Menjadwal dengan baik proses belajarnya.
3.3 Menata kembali lingkungan belajarnya
meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan
belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa berada di sebuah kamar
baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
3.4 Memberi stimulasi baru dan motivasi agar siswa
merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnya.
3.5 Membuat kegiatan yang menimbulkan
keaktifan siswa dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.[4]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lupa
adalah hilangnya kemampuan menyebut atau melakukan kembali vinformasi
dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.
Faktor-faktor
vyang
menyebabkan lupa meliputi :
a. Adanya konflik-konflik antara item-item
informasi atau materi pelajar yang ada di sistem memori seseorang.
b. Adanya tekanan terhadap item atau materi
yang lama baik disengaja atau tidak disengaja.
c. Perbedaan situasi lingkungan antara
waktu belajar dengan waktu memanggil kembali item tersebut.
d. Perubahan situasi dan minat terhadap
proses dan situasi tertentu.
e. Tidak pernah latihan / tidak pernah
dipakai
f. Kerusakan jaringan syaraf otak.
Cara
mengurangi lupa :
a. Belajar dengan melebihi batas penguasaan
atas materi pelajaran tertentu.
b. Menambah waktu belajar sehingga dapat
memperkuat terhadap materi yang dipelajari.
c. mengelompokkan kata atau istilah tertentu
dalam susunan yang logis.
d. Jenuh belajar adalah yaitu suatu situasi
dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil belajar yang berhasil guna
meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu tertentu
Faktor-faktor
yang vmenyebabkan jenuh belajar :
a. Seseorang yang kehilangan motivasi dan
konsolidasi pada suatu level ilmu pengetahuan dan keterampilan.
b. Muculnya kebosanan (borring) dan
keletihan (fatique) karena kemampuan seseorang telah sampai pada batas
maksimalnya dalam belajar.
Cara
menanggulangi jenuh belajar yaitu:
a. Istirahat dan mengkonsumsi makanan yang
bergizi
b. Menjadwal dengan baik proses belajarnya.
c. Menata kembali lingkungan belajarnya.
d. Memberi stimulasi baru dan motivasi.
e. Membuat kegiatan yang menimbulkan
keaktifan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
-
Muchlis
Shalihin, Buku Ajar Psikologi Belajar PAI, Stain Pamekasan, 2006
-
Muhibbin
Syah, Psikologi Belajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007
-
Muhibbin
Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1995
-
Syaiful
Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar